KAU PERGI BEGITU CEPAT

KAU PERGI BEGITU CEPAT
Karangan  : Nadiya Rahmi  X MIA 3

Kring...kring...kring  jam alarmku berbunyi waktunya aku untuk bangun. “Aqila...ayo shalat”teriak ibuku dari luar kamar. “iya bu”jawabku sambil merapikan tempat tidur.
            Aku, ayah, ibu dan adikku shalat subuh berjamaah. Setelah itu aku langsung bersiap-siap untuk berangkat kesekolah. Sebelumnya aku pamit kepada  ibu. “bu aku berangkat kesekolah dulu” kataku sambil mencium tangan ibu. “iya...”kata ibuku.
            Seperti biasa aku selalu diantar kesekolah oleh ayahku. Sesampainya aku disekolah aku langsung masuk kelas. “assalamu’alaikum Nisa”kataku sambil duduk disamping temanku. “wa’alaikum salam Qila”jawabnya sambil menulis. “sedang nulis apa Nis?”tanyaku. “aku lagi kerjain PR nih...aku lupa kerjainnya dirumah”jawab Nisa sambil terus mengerjakan Prnya itu. “emang kamu sudah selesai Qil?”tanyanya lagi. “sudah dong...”jawabku santai. “makanya jangan main handphone terus kalau dirumah”kataku. “iya...iya”jawab Nisa singkat.
            Bel masuk pun berbunyi. Aku bersiap untuk menyerap semua pelajaran yang diberikan guru kepadaku dengan mengucapkan bismillahirrahmanirrahim.  Bel istirahat berbunyi, saatnya semua siswa meninggalkan kelas untuk istirahat.
            “Qila kamu jadi mau ikut lomba Qori tingkat sekolah?”tanya Nisa. “insyaallah jadi”jawabku.  “mudah- mudahan kamu menang dan bisa mewakilkan sekolah ketingkat kabupaten”kata Nisa. “aamiin...”jawabku singkat.
            Aku dan ayahku memiliki cita-cita untuk mengubah lingkungan didaerah kami menjadi lingkungan yang islami, karna banyak remaja didaerahku belum bisa membaca Al-Qur’an, dan aku ingin saat menjadi Qori nanti aku bisa membagi sedikit ilmuku tentang Qori dan mengajarkan mereka untuk menjadi Qori.
            “besok akan diselenggarakan lomba Qori, untuk siswa dan siswi yang ingin mengikutinya harap berhadir sepulang sekolah di aula sekolah, terima kasih”pengumunan dari ruang piket sekolah. 
            Setelah jam pelajaran berakhir, seperti biasa aku selalu duduk di bangku depan pagar sekolah untuk menunggu jemputan ayahku. Tak lama ayah datang. “ayah besok sepulang sekolah aku mengikuti lomba Qori disekolah, jadi pulangnya agak telat”kataku sambil memakai helm. “iya”jawab ayahku singkat.
v   
            Hari ini ada jadwal tambahan sehabis pulang sekolah yaitu lomba Qori. Tak lupa sebelum aku berangkat aku minta do’a kepada ibu dan ayah mudah-mudahan aku menang dalam lomba ini. Tak lupa juga setiap hari aku selalu berdo’a kepada Allah SWT. “Ya Allah mudah-mudahan Qila menang dalam lomba Qori agar Qila bisa membahagiakan kedua orang tua Qila, aamiin...”.
            Hari ini sekolah berjalan lancar. Dan satu hal yang membuatku deg-degan yaitu, perlombaan Qori. Setelah jam pelajaran berakhir aku langsung keaula sekolah, aku mendapatkan nomor urut kedua, sebelum aku tampil aku selalu latihan agar saat lomba nanti hasilnya sesuai dengan yang kuinginkan.
            “nomor urut dua” aku pun langsung kedepan aula untuk membacakan lantunan ayat suci Al-qur’an.
            Setelah selesai membaca Al-Qur’an, aku masih menunggu sampai akhir acara untuk mendengarkan pengumuman dari panitia siapa yang menang dalam lomba Qori tingkat sekolah ini. Setelah 2 jam menunggu, pengumuman pun dibacakan.
            “untuk pemenang pertama akan mendapatkan uang tunai sebesar Rp. 1.500.000, juara dua Rp.1.000.000, juara tiga Rp.500.000. dan juara pertama akan menjadi perwakilan lomba ketingkat kabupaten yang akan diselenggarakan 1 minggu lagi. Untuk juara ketiga diraih oleh Asyifa azmi, juara kedua diraih oleh Muhammad Alif Sayyidinoor, dan juara pertama diraih oleh Aqila Nur Syafina, para pemenang harap maju kedepan aula”kata salah satu panitia.
            “alhamdulillah...”tak henti-hentinya kuucapkan dan betapa bahagianya yang tak dapat aku jelaskan dengan kata-kata. Aku dan teman-temanku yang lain pun maju keaula sekolah dengan iringan tepuk tangan dari siswa-siswi dan guru-guru.
            Setelah selesai perlombaan aku langsung pulang dan menunggu jemputan dari ayah, dan ternyata ayah sudah menunggu di depan sekolah. “ayah sudah lama mengunggu?”tanyaku, “belum lama, ayah baru saja sampai”jawab ayahku dengan senyumanya yang tak pernah menggambarkan ekspresi lelah sehabis bekerja.
            “yah aku tadi menang dalam lomba Qori, apa ayah senang?”tanyaku dengan senyuman manis. “alhamdulillah, ayah sangat senang dan bangga kepada anak ayah yang bernama Aqila”jawab ayahku lembut. Kami pun langsung menuju rumah dan aku tak sabar untuk menunjukkan piala dan hadiah uang tunai kepada ibu dan adikku.
            “assalamu’alaikum bu”kataku sambil membuka pintu rumah. “wa’alaikum salam, qila”jawab ibuku. “bu tadi aku menang lomba Qori dan mendapat uang Rp1.500.000 dan mewakili sekolah ketingkat kabupaten, ini bu uangnya buat ibu dan ayah”kataku sambil menyerahkan uang. “alhamdulillah, uangnya kamu tabung saja”jawab ibuku dengan senyumannya.
Latihan membaca lantunan ayat suci al-Qur’an selalu kulakukan setiap malam dengan ayah.  “Qila nanti kalau kamu menjadi qori yang dikenal oleh masyarakat maupun seluruh dunia, kamu harus tetap rendah hati jangan sombong, dan selalu taat dengan perintah Allah SWT, selalu tingkatkan ketaqwaan kepada Allah SWT, menjadi lebih berbakti kepada kedua orang tua”kata ayahku setelah kami melaksanakan shalat magrib berjamaah.
v   
            Tak terasa 1 minggu telah berlalu dan hari ini  aku akan ke Boyolali untuk mengikuti lomba Qori tingkat kabupaten. Perlengkapan selama aku diBoyolali sudah kusiapkan dalam koper, memang hanya 2 hari aku disana, tapi terasa lama jika jauh dari keluarga dan sahabat-sahabatku. Tapi ini semua aku lakukan untuk mereka terutama kedua orang tuaku.
            “ibu, ayah dan adik, aku pergi dulu, do’akan Qila mudah-mudahan Qila memenangkan lomba Qori ditingkat kabupaten”kataku sambil menyalami tangan ibu dan ayahku. Tak lupa kucium kening adikku yang masih kecil. “ibu dan ayah selalu mendo’akan Aqila, hati-hati ya nak”kata ibuku sambil mengusap kepalaku. “selalu ingat Allah Swt dalam hatimu ya nak, jangan tinggalkan beribadah kepada Allah SWT”kata ayahku dengan senyum manisnya.
            “Assalamu’alaikum”kataku sambil memasukki mobil. “wa’alaikum salam”jawab mereka.
            Air mataku menetes saat pergi jauh dari mereka, baru pertama kalinya aku berpisah dari keluargaku dalam jarak yang cukup jauh. Tapi selalu kukuatkan hati ini untuk mereka yang selalu berdo’a yang terbaik untukku, dan begitu pun sebaliknya selalu ku do’akan keluarga yang sangat kucintai.
            setelah menempuh 3 jam perjalanan akhirnya aku sampai di Boyolali.
            “hari ini kamu beristirahat karna besok kamu harus tampil untuk mengikuti lomba Qori”kata guru yang membimbingku. “iya bu, terima kasih”jawabku.
v   
            Hari ini adalah hari yang menegangkan buatku karna diselenggarakan lomba qori tingkat kabupaten. Aku pun langsung ketempat lomba bersama guru pembimbing dan tak lupa sebelumnya aku meminta do’a dan izin kepada kedua orang tuaku lewat telepon.
            Aku mendapatkan nomor urut kelima, sambil menunggu giliran tampil, aku selalu berzikir kepada Allah, lantunan ayat suci yang kudengar dari qori-qori yang lain membuatku semakin deg-degan karna suara merdu yang keluar dari mulut mereka sangat merdu didengar.
            Giliranku pun sampai, aku langsung naik panggung dan membacakan lantunan ayat suci Al-qur’an. Setelah selesai aku langsung duduk dikursi sebelumnya sambil menunggu peserta yang lain tampil sampai akhir acara yaitu, pengumuman juara lomba.
            “setelah kami berdiskusi tentang penampilan para qori yang sudah tampil, kami akan mengumumkan nama yang akan menjadi pemenang yaitu juara satu, dua, tiga, harapan satu, harapan dua dan harapan tiga, dan juara satu dan dua akan mewakili Boyolali ditingkat Provinsi Jawa Tengah. Untuk juara harapan tiga dengan nama Muhammad Ahsanul Hakim, juara harapan dua dengan nama Muhammad Khairullah Noorasy Bani , juara harapan satu dengan nama Putri Azzahra, juara tiga dengan nama Amirah Nur Assyifa, juara kedua dengan nama Dafiyah, dan juara pertama dengan nama Aqila Nur Syafina, para pemenang silahkan naik kepanggung, untuk penyerahan hadiah”kata panitia penyelenggara.
            Tangisan tak dapat kubendung lagi, ucapan syukur terus aku lantankan tak henti-hentinya. Semua ini aku persembahkan untuk kedua orang tuaku.
            Setelah kulalui tahapan ditingkat provinsi, kini aku diberikan Allah kesempatan ditingkat nasional. Dengan seizinnya jualah aku bisa mewakili Jawa Tengah ketingkat Nasional. Besok aku akan berangkat ke Jakarta untuk mengikuti lomba Qori tingkat Nasional.
            “ibu, ayah do’akan Qila supaya Qila bisa mendapatkan juara pertama”kataku setelah selesai shalat maghrib. “iya ibu dan ayah selalu mendo’akan kamu”jawab ayahku.
v   
                Hari ini aku akan berangkat ke Jakarta, sebelumnya aku pamitan dulu kepada ayah, ibu dan adikku. Entah kenapa kepergianku ke Jakarta kali ini sangat berat untuk meninggalkan ayah, ibu dan adik dirumah. “ayah, ibu, Qila pergi dulu, minta do’anya”kataku sambil mencium tangan ayah dan ibu. air mataku tak dapat kubendung lagi, dan aku melihat ibuku juga menangis haru. “iya nak ibu selalu mendo’akan kamu”jawab ibuku sambil mengusap air matanya. “jadilah anak yang berguna bagi agama, keluarga, bangsa dan masyarakat, ayah selalu bangga kepada Qila”kata ayahku. Aku pun langsung berangkat.
v   
            Hari ini hari yang mendebarkan buatku karna sebentar lagi aku akan mengikuti lomba Qori tingkat Nasional. Kali ini aku mendapatkan nomor urut keempat.
            Saat aku menuggu giliran, ibu menelponku.
            “nak...(suara terisak-isak)kamu harus pulang ayahmu kecelakaan ’kata ibu”’jangan, kamu jangan  pulang kamu harus menyelesaikan lomba untuk menjadi Qori, kamu harus bisa merubah lingkungan kemasyarakatan kita menjadi lingkungan yang islami setelah kamu pulang nanti, kamu harus berjanji nak”kata ayahku. “tidak yah, aku harus pulang”jawabku sambil menangis. “tidak, kamu harus berjanji akan menjadi Qori”kata ayahku”berjanjilah!”tegasnya. “iya yah aku berjanji”jawabku. “asyhaduallailahaillallah waasyhaduannamuhammadarrasuulullah”...
“innalillahi wainnailaihi rojin’un”seketika itu pula tangisanku pecah.
            “Qila kamu baik-baik saja?”tanya guru pembimbingku yang menemaniku lomba keJakarta. “ayahku sudah pergi bu”jawabku sambil menangis.
            “Qila setiap orang pasti akan merasakan mati, mungkin ini ujian yang Allah berikan kepadamu untuk menjadi hamba yang lebih kuat dan sabar, kamu mau pulang?”tanya ibu. “tidak usah bu, aku sudah berjanji kepada ayah untuk menyelesaikan perlombaan ini”jawabku sambil mengusap air mataku.
            “nomor urut 4”aku langsung naik keatas panggung, setiap ayat kubaca, air mata yang ingin keluar dari mataku ku tahan. Dan alhamdulillah aku sudah meyelesaikan perlombaan ini.
            “Qila kalau kamu mau pulang ibu antar, biar dari pihak panitia yang menghubungi ibu kalaupun kamu masuk menjadi juara”kata guru pembimbing.
            “iya bu, saya mau pulang”jawabku.
Saat diperjalanan.
“assalamu’alaikum, apa ini dengan guru pembimbing Aqila Nur Syafina?”tanya seseorang dari handphone, “iya”jawab ibu singkat. “selamat Aqila menjadi juara pertama dalam perlombaan Qori tingkat nasional”. Aku langsung bersyukur kepada Allah SWT.
v   
                       Setelah aku memalui perjalanan panjang, dengan niat untuk mengubah lingkunganku menjadi lingkungan yang semua warganya bisa membaca Al-Qur’an, akhirnya aku berhasil dan niatku direspon oleh semua warga.
                  Ayah, kau pergi begitu cepat, sekarang aku telah menunaikan janjiku kepada mu, aku sudah berhasil mengubah warga yang sebelumya tidak bisa membaca Al-Qur;an sekarang semua warga rajin membaca dan belajar Al-qur’an bahkan sekarang tak sedikit penerusku yaitu Qori dikemudian hari, terima kasih ayah atas semua pelajaran yang kau berikan, mudah-mudahan kita bisa berkumpul nanti diJannah-Nya, aamiin...