JILBAB STORY
Assalamualaikum.wr.wb.
Hai
Kawan-kawan!! Aku mau cerita kisahku dan teman-temanku dulu.
Pertama-tama, aku kenalin dulu yaa!!!
Namaku Maulida Arini, biasa dipanggil Arini. Aku lahir di Barabai, 12 September
1999. Aku suka banget pakai kerudung, ke sekolahpun aku suka pakai kerudung,
hobiku mebuat puisi. Sekarang aku kenalin temanku yaa.! Temanku yang satu ini
namanya Ayla Agustina, dia lahir di Banjarmasin, 01 Agustus 1999. Dia tuh suka
banget sama pelajaran kimia, pakai kacamata, rambutnya panjang(dianggak pakai
kerudung), hobinya membaca. Satu lagi temanku, namanya Risma Safitri, dipanggilnya
Fitri, lahir di Amuntai, 05 Juli 1998, dia tuh tomboy, rambutnya sebahu,
hobinya main basket, jadi dia tuh orangnya tinggi dan dia juga hobi Fotografer.
Yang pasti hobiku dan teman-teman adalah, jeng..jeng...JALAN-JALAN!!!!!!!
Aku mulai
ceritanya deh.
Di SMA, aku dan teman-temanku satu kelas
jurusan IPA3, tapi tempat duduknya agak jauh sih, asalkan sekelas,hehe. Waktu
pelajaran Kimia( Ibu Aminah), aku dan Fitri sama-sama nggak ngerti, Cuma Ayla
yang serius banget, kan ini pelajaran kesukaan dia, aku dan Fitri, cuma melongo
ngeliat Ayla yang dapat menjawab pertanyaan Ibu Aminah, setelah 3 jam pelajaran
Kimia pun selesai, horee istirahatt.!!!
Di
kantin, kami bertiga sama-sama memesan bakso, “udah laper banget nih” kataku,
Fitri memulai pembicaraan, “Ayla, aku boleh nanya nggak? Kamu kok bisa ngerti
sih apa yang dijelasin sama Ibu Aminah? Aku boleh tahu nggak cara belajar kamu
kayak apa?! Atau aku les sama kamu deh yah??!!” ujar Fitri menyerbu Ayla dengan
banyak pertanyaan. “satu-satu dong nanyanya Fitrii!”, Aku ikutan nyahut,
Ayla pun menengahi, “udah dong!, kalian ini,
Masalah kecil gitu aja dipermasalahin. Oke deh aku jawab, aku ngerti apa yang
dijelasin Ibu Aminah karena aku selalu serius memahami apa yang Ibu Aminah
jelasin di depan kelas, jangan cuma diliatin aja, harus juga dipahami. Kalau
ada yang nggak dimengerti, tanyakan ke gurunya. Kamu mau les sama aku? Ya udah,
nanti aku ajarin kamu deh, sekalian Arini harus ikut juga! Setiap Minggu pagi,
datang ke rumahku yaa!!” Ayla menjelaskan panjang lebar. “oke deh!” aku dan
Fitri menjawab kompak.
“Sekarang aku deh yang tanya sama Arini,
kenapa kamu suka pakai kerudung? Terus pakai baju lengan panjang, istilah orang
sekarang berhijab, ini menurut aku siih ya, menurutku pakai kerudung terus
pakai baju lengan panjang kan panas, pengap gitu? Emang kamu nggak ngerasa?”
tanya Ayla. “Aku udah dari kecil sama orangtuaku katanya perempuan itu harus
menutup auratnya dari ujung rambut sampai ujung kaki, jadinya aku udah
terbiasa, lagipula kan menutup aurat adalah perintah Allah Swt, kalian kapan
mau menutup aurat kalian juga?” tanyaku sambil tertawa kecil kepada mereka.
Merekapun hanya ber-oohh dan menjawab kompak “mungkin belum waktunya”. Kami
bertigapun hanya tertawa senang bersama.
Bel masuk kelas berbunyi, kami bergegas
kembali ke kelas. Di kelas kami belajar kembali seperti biasa, sampai akhirnya
jam pelajaran pun telah usai, waktunya pulang. Karena rumah kami sejalan
walaupun bukan kompleknya, kami tetap bisa pulang bersama. “Jadikan kalian les
kimia sama aku?” tanya Ayla, “Iya Ayla, mulai minggu pagi ini kan, hari inikan
hari Sabtu, jadi besok aku sama Arini akan datang ke rumah kamu,tunggu aja.
Eiittss, jangan lupa yaa siapin cemilan sama makanannya.!!” Kata Fitri sambil
tertawa melihat ekspresi Ayla yang cemberut.
“Nanti aku
tunggu kamu di depan komplek, jadi kita bisa barengan ke rumah Ayla, asal kamu
nggak telat aja sih”ujarku sambil menggoda Fitri, “Oke, nanti chat aku ya kalau
kamu udah di depan komplek. Iya, aku nggak bakalan telat kok, liat aja nanti.”
Kata Fitri dengan wajah meyakinkan,aku hanya tertawa melihat tingkat laku
sahabatku yang satu ini. See you tomorrow friends...
Minggu
pagi.
Aku sudah siap
dengan baju lengan panjang berwarna merah muda, celana dan segera pamit kepada
kedua orang tuaku untuk pergi ke rumah Ayla. “Aku pergi ke rumah Ayla dulu yaa
Ma, aku perginya sama Fitri” kataku kepada Mamaku tersayang. “Iya sayang,
hati-hati di jalan yaa, ingat jangan kemana-mana selain ke rumah Ayla,
belajarnya yang serius yaa sayang.” Sahut Mamaku dengan lembut dan penuh kasih
sayang. Love you Mom. Aduh, aku jadi kelamaan nih, pasti Fitri udah nungguin
aku nih, bakalan kena ceramah gratis nih aku, nggak papa lah, inikan salah aku
juga.
Di depan komplek kulihat Fitri dengan
wajah cemberutnya sambil melihat sekeliling, mungkin dia lagi periksa kalau aja
aku udah datang. Aku udah duga bahwa Fitri bakalan marah sama aku. Dan benar
aja, waktu dia ngeliat aku, ekspresinya bikin aku takut. Saat aku udah di samping
dia. “Kenapa kamu telat? Tapi kamu yang bilang sama aku jangan telat, ternyata
kamu sendiri yang telat.” Kata Fitri.
Aku hanya tertunduk malu sambil berkata
“Maafin aku ya, tadi aku kelamaan pamit sama Mamaku, iya aku tau, aku salah.
Kamu maukan maafin aku”. Fitri menjawab ”Iya aku maafin, nggak papa kok. Aku
tau Mama kamu kan perhatian banget sama kamu. Ayo, kita ke rumah Ayla. Dia pasti
udah tungguin kita, ayo Arini yang semangat.!!”. ‘Ayooo!”.
Sesampainya di rumah Ayla, Fitri pun
mengetuk pintu rumah Ayla. “Assalamualaikum. Ayla.” Ibunya Ayla yang membukakan
pintu, “Ternyata Arini sama Fitri. Ayo masuk-masuk, Ayla-nya lagi mandi, kalian
tunggu aja di kamarnya!.”, “Iya Tante.”. Karena kami berdua sering mengunjungi
rumah Ayla, jadi kami sudah biasa dan sudah menganggap ibunya Ayla seperti Ibu
kami, begitupun Ayla dan juga Fitri juga sering ke rumahku. Serukan persahabatan
kami!.
Baru saja kami mau masuk ke kamar Ayla,
ada suara yang memanggil nama kami berdua, Aku dan Fitri menengok ke belakang,
ternyata itu suara Ayla yang sudah selesai mandi dan memanggil kami berdua.
“Kapan kalian sampainya? Udah lama nunggunya yaa? sorry”tanya Ayla, aku
menjawab “Enggak kok, kita baru aja sampai. Kata Mama kamu, kamu lagi mandi. Yaa
kita tunggu aja”. “Kita mulai lesnya aja ya, kalian bawa buku kimia sama buku
tulisnya kan? Ayo masuk ke kamarku!” kata Ayla.
Saat les, aku memperhatikan apa yang
dijelaskan oleh Ayla sambil berkata di dalam hati bahwa aku kagum dan bersyukur
karena aku memiliki dua sahabat yang pengertian dan berprestasi seperti Ayla
dan Fitri. Aku berdo’a memohon kepada Allah untuk memberikan hidayah untuk
mereka berdua agar segera menutup aurat mereka.
Aku merasa
tubuhku ada yang menggoncangkan, ternyata Fitri yang menggoncangkan tubuhku,
aku tanya”kenapa?”, dia menjawab “Kamu yang kenapa, dari tadi melamun terus,
waktu dipanggil Ayla kamu juga nggak nyahut. Emangnya kamu melamun apa?.”,
“emmh, nggak papa kok. Udah ah, terusin aja belajarnya, sampai di mana tadi
Ayla jelasinnya?”kataku berusaha mengelak. “Udah sampai nama-nama unsur.” Kata
Ayla menyahut. Aku jadi malu.
Hari sudah siang. Ayla juga sudah
mengakhiri lesnya untuk kami hari ini. “Sampai di sini dulu belajar kita untuk
hari ini, minggu depan kita lanjutkan ya Anak-anak!” Kata Ayla yang bergaya
seperti guru. Aku dan Fitri hanya geleng-geleng kepala. “Nanti sore kan kita
nggak ada kegiatan apa-apa, gimana kalau kita...?”kataku belum sempat
menyelesaikan perkataan ku sudah di jawab oleh mereka “JALAN-JALAN!!!”.
Ternyata mereka bisa menebak apa yang ada dipikiranku. “ke mana nih kita
rencananya? Ke tempat biasa aja gimana?” kataku,
“Iya, ke tempat
biasanya aja, terus kita kumpulnya di taman kota. Ini beneran kan, ingat ya
sehabis ashar kita kumpul di taman kota!” kata Ayla dengan semangat. “Siipp,!”
kataku dan Fitri. “Kita pulang dulu ya Ayla!. Assalamualaikum” kata kami berdua
pamit.
Sesampainya di rumah, Mamaku sudah
menyiapkan makan siang untukku. Masakan Mamaku enak banget!. Waktu udah sampai di
ruang makan, aroma enak masakan Mama udah kecium. Aku bergegas ke meja makan,
“Ma, hari ini menunya apa?” kataku kepada Mama, “Ikan nila bakar sama sambel
pedas kesukaan kamu, kamu lihat aja sana. Ooh iya, makanan penutupnya mama udah
bikinin puding cokelat, buka aja di kulkas!”.
Waah, selera makanku langsung terpancing,
“Makasih Mama!” kataku sambil memeluk Mama. “Oo iya Ma, Ayah kapan
pulangnya?”,kataku kmbali bertanya,” Mungkin hari ini Ayah pulangnya lembur,
kamu makan dulu sana!” kata Mama, “Mama tau aja kalau aku lapar. Satu lgi Ma,
aku lupa. Sore ini, aku sama Ayla dan Fitri mau jalan-jalan ke pasar, kaya
biasanya! Boleh kan Ma?”, kataku memelas. “Iya, boleh aja, tapi ingat,
pulangnya sebelum senja ya!”, “oke Ma!”. Asyikk, jalan-jaln ke pasar.......
Hari menunjukan pukul 15:45 sore, sebentar
lagi Ashar, aku bersiap-siap untuk mengambil air wudhu. Benar saja, saat aku selesai berwudhu
kumandang Adzan Ashar terdengar. Aku bersiap untuk shalat. Setelah shalat, aku
memilih baju yang akan kupakai nanti untuk jalan-jalan. Aku memilih baju
berwarna putih dengan gambar kota Paris dan ku padu dengan memakai celana warna
hitam. Aku memakai kerudung berwarna hitam polos. Selesai! Aku sudah siap.
“Ma, aku pamit yaa, Assalamualaikum”
kataku sambil mencium tanga dan pipi Mamaku. “Hati-hati di jalan ya!”. Sesampai
di taman kota aku belum melihat kedua temanku. Aku berfikir mungkin mereka
masih di jalan. Ku tunggu mereka sambil duduk di bangku di taman kota. Tidak
berapa lama mereka sampai, Fitri memakai baju lengan pendek berwarna hitam
dengan celana jeans panjang, sedangkan Ayla memakai baju berwarna merah muda
dengan rok selutut. Aku bergumam dalam hati
“Ya Allah, kapan mereka dapat menutup aurat mereka, supaya tidak dilihat oleh
yang bukan muhrimnya?”.
“Maaf ya kita telat, gara-gara nungguin
Ayla nih lama banget milih bajunya.” Kata Fitri sedikit kesal, “Iya-iya. Maafin
aku ya?” kata Ayla. “Udah, nggak papa kok! Ayo kita berangkat, keburu sore
banget nanti” kataku menengahi. “Ayo berangkatt!!!” seru kami bertiga sambil
tertawa.
Sesampainya di pasar. “Kalian mau beli
apa?”tanyaku kepada Ayla dan Fitri, “Aku mau beli baju lengan pendek,rok,sama
aksesoris” kata Ayla dengan mata yang berbinar. “Kalau aku mau beli sepatu
olahraga dan perlengkapan lainnnya. Kalau kamu Rin?” jawab Fitri dan balik
bertanya. “Aku mau beli kerudung, bross, baju, sama sepatu.
Kalian mau coba pakai kerudung nggak?” Kataku
menjawab. Ayla berkata“gimana yaa? Kami
berdua kan belum terbiasa pakai kerudung, kan panas, harus pakai baju lengan
panjang pula.” Kata Ayla dengan pendapatnya. “Betul tuh kata Ayla, lagipula kan
aku suka olahraga, masa pakai kerudung.” Kata Fitri. “Kata siapa pakai kerudung
susah buat olahraga, buktinya ada juga tuh olahragawan wanita yang pakai
kerudung”kataku tak mau kalah. “Aku belum siap nih,”kata Ayla, “yaa nggak
sekaligus langsung terbiasa dong, aku aja dulu juga sedikit-sedikit pakai
kerudungnya.”Kataku terus mendorong mereka supaya mau mencoba pakai kerudung.
“Kalian mau dengar ceritaku sewaktu awal
aku pakai kerudung?”ujarku. “Mau,ceritaiin dong!!”kata mereka. “Waktu aku
awal-awal pakai kerudung, aku juga gerah. Kalau Mamaku lagi nggak ada, aku
langsung pergi ke kamar, terus pintunya aku kunci. Yaa, aku buka aja kerudungnya.”
“Pernah
aku ketahuan sama Mama, aku di hukum menulis surah Yasin. Menurutku itu bukan
hukuman sih tapi Mama melatihku agar terbiasa menulis huruf Arab dan terbiasa
memakai kerudung. Sejak saat itu aku nggak pernah lagi mencoba melepas
kerudung. Mamaku juga pernah bilang, katanya perempuan itu harus menutup
auratnya dari ujung rambut sampai ujung kaki kecuali muka dan telapak tangan.”
Kataku menceritakan pengalamanku sambil tersenyum.”
Mereka berdua kemudian menjawab “Mungkin
kami berdua bisa mencoba pakai kerudung. Tapi nggak harus pakai kerudung terus
kan Rin?”, “yaa jelas nggak lah. Kalian coba aja dulu sedikit-sedikit, kalau
sudah terbiasa, tinggal dari hatinya aja.”
Akupun mengajak mereka berdua ke toko yang
menjual kerudung. Di toko itu dijual banyak sekali berbagai jenis kerudung
berbagai warna, aku saja sampai terkagum-kagum. “Ayo!!” kataku kepada mereka.
Aku memilihkan kerudung warna merah muda untuk Ayla dan warna abu-abu untuk
Fitri.
“Ayo dicobain kerudungnya!”kataku. Ayla dan
Fitri hanya bengong. “Ooh iya ya, kalian belum tahu cara memasang kerudung,
sini aku bantu.”. Aku mengajak Ayla dan Fitri. Pertama-tama aku memakaikan
kerudung kepada Ayla. Setelah selesai, ku lihat Ayla jadi lebih cantik dan
lebih anggun. Fitri saja sampai membuat ekspresi lucu karena saking kagumnya
melihat Ayla yang pakai kerudung. “Waah, kamu cantik bangeet!!, tambah manis
lagi. Aku juga mau kaya Ayla dong Rin!”kata Fitri. “Ya udah,sini!” kataku
sambil tersenyum melihat Fitri yang sangat bersemangat.
Aku memakaikan kerudung kepada Fitri
dengan gaya kerudung zaman sekarang. “Selesai!!!. Nih cermin, kamu cantik tau.
Ayla, liat deh Fitri, dia cantik kan?”tanyaku kepada Ayla sambil menunjuk
Fitri. “Iya, kamu cantik banget Fitri. Kita coba aja yuk pakai kerudung”. Kata
Ayla. “Oke deh. Kita coba.” Kata Fitri tersenyum manis.
Kamipun
berkeliling pasar.
Sesekali aku memandang Ayla dan Fitri
sambil tersenyum. Ayla dan Fitri bertanya “Kamu kenapa Rin? Kok ngeliatin kita
terus? Kita aneh yaa pakai kerudung?”, “Nggak kok, kalian nggak aneh, malah
kelihatan lebih cantik,terus aja kayak gini.” Kataku tertawa kecil. “Aku mulai
gerah nih, pengap. Aku lepas aja yaa?!” kata Fitri mau melepas kerudungnya.
“Eitss, jangan
dilepas, kamu kan cantik pakai kerudung.”Kataku dengan muka memelas. “Iya
Fitri, aku aja masih sanggup nih pakai kerudung, apalagi Arini, nggak bakalan
dia lepas” Kata Ayla menyemangati Fitri sambil tertawa. “Iih kamu sombong, baru
gitu aja udah kaya gitu gayanya. Arini kan udah dari kecil pakai kerudung, yaa
nggak bakalan dia lepas laah.!” Kata Fitri sambil memukul pelan lengan Ayla.
“Udahan yaa kita keliling pasarnya, kan
kita juga sudah dapat barang yang mau
kita beli. Lagian aku udah capek nih, di sini juga mulai panas.” Kataku sambil
sesekali memegang kakiku yang mulai pegal “Kalau gitu, kita ke taman kota aja
yuk! kan seru sore-sore jalan-jalan di taman kota, udaranya sejuk, banyak
pepohonan, bersih lagi.” Kata Ayla dengan bersemangat. Fitripun menggoda Ayla
dengan berkata “Sekarang?”, “Emangnya kapan lagi Fitri?!”Kata Ayla berusaha
sabar, “Minggu depaaaaannnnn!!” Kata Fitri mencubit pipi Ayla dan langsung lari
pergi ke taman kota.
“Fitriiiiiii!! Awas kamu yaa.! Jangan lari”
Aylapun mengejar Fitri yang jauh di depannya. Aku hanya tertawa melihat mereka
berdua. Setelah beberapa saat, mereka sudah nggak kelihatan. “ Mereka ninggalin aku yaa?? Jadi aku
sendirian nih??” gumamku dalam hati. Akupun tersadar bahwa aku ditinggalkan
Ayla dan Fitri. Ya udah pergi sendiri aja deh ke taman kotanya.
Di taman kota.....
Akhirnya aku sampai juga di taman kota dan
duduk di bangku yang telah disediakan di sana. Tapi aku haus, aku mau minum.
Aku lihat di seberang sana ada yang menjual es kelapa muda. Aku mau beli dulu
yaa. “Bapak, es kelapa mudanya satu yaa!” kataku, “Pakai sirup juga neng?”tanya
Bapak penjual. “Nggak usah Pak, cukup pakai susu saja. Jangan lama ya
Pak.”kataku kembali, “Iya neng. Nengnya duduk saja dulu. Sipp lah pokoknya”
kata si Bapak penjual dengan logat Jawanya.
“Pasti Bapak ini
orang Jawa yaa?”kataku bertanya, “Iya neng, saya aslinya Jawa Barat.” Ujar si
Bapak, “Udah lama yaa Pak jualan di sini?”, “Yaa kira-kira udah 2 tahun neng.
Ini neng es kelapa mudanya.” Kata si Bapak menyerahkan satu buah es kelapa
muda. Aku pun meminumnya “Sruupp, waah enak banget Pak es kelapa mudanya.”
Kataku serasa segar kembali. “Makasih neng.”, “ Ini Pak uangnya” kataku sambil
menyodorkan uang 10.000 rupiah.
Ketika aku keluar dari warung Bapak
tersebut, mataku langsung melihat dua orang perempuan yang seperti sedang
memperhatikan sesuatu. Setelah ku perhatikan dengan seksama, ternyata mereka
adalah Fitri dan Ayla!!. Akupun mendekati mereka berdua.
“Fitri, Ayla!!,
aku cariin juga dari tadi, eehh nggak tahunya ada di sini. Lagi pada ngapain
siih? Ngeliatin apa?” kataku penasaran.
“Ssst, diam iih
Arini. Tuh liat cowok yang lagi jogging, keren bangett...” kata Ayla tidak bisa
diam. Fitri pun mengiyakan, sambil tetap memperhatikan cowok tersebut.”
“Kok kayaknya
aku kenal yaa?” kataku sambil memperhatikan cowok tersebut dari dekat. Fitri
dan Aylapun hanya bengong melihat aku yang sok yakin mengenal cowok tersebut.
“Ini Rizky
bukan?” kataku meyakinkan, “Arini??!!” kata Rizky tersenyum. “Waah, kapan kamu
kesini? katanya kamu SMA-nya di Samarinda, kok bisa ke sini? Tanya ku
bersemangat. “Udah seminggu aku di sini. Iya sebenarnya aku di Samarinda, tapi
Ayahku dipindah tugas ke Barabai. Besok aku mulai sekolah.” Kata Rizky
tersenyum dan terlihatlah lesung pipitnya.”
Fitri dan Ayla pun mendekat, sambil
memperlihatkan muka heran terhadapku.
“Hampir aja aku
lupa. Rizky, ini sahabat aku. Yang tinggi ini namanya Fitri dan yang satunya
lagi namanya Ayla. Fitri, Ayla. Kenalin ini Rizky. Dia sahabat aku waktu SMP,
terus kita kepisah waktu ngelanjutin ke SMA aku tetap di sini, sedangkan Rizky
ke Samarinda.”
“Pantesan kalian
langsung kelihatan akrab.” Kata Ayla. “Hehehe, soalnya aku kebawa suasana waktu
aku sama Rizky SMP.” Kataku tertawa. “Ooh iya Ky, ngomong-ngomong kamu sekarang
tinggal di mana?” kataku bertanya kepada Rizky. “Aku sekarang tinggal di
komplek matahari nomor 09.” Jawab Rizky.”Berarti dekat dong dengan komplek
kita!” kata Ayla yang langsung menjawab. “Kalian emangnya komlek apa?” kata
Rizky balik bertanya, “Kita tinggal di komplek Anggrek, cuman agak jauhan”
Fitri kali ini yang menjawab.
“Sudah dulu yaa
tanya-menanyanya, sudah sore. Kita duluan ya Ky, Assalamualaikum.” Kataku
kepada Rizky. “Waalaikum salam. Kapan-kapan aku main ke rumah kamu yaa!!’ kata
Rizky.
Keesokan paginya. Di sekolah.
Aku bersama Fitri dan Ayla sedang
duduk-duduk santai di depan kelas, ada yang berbeda dari mereka berdua. Mereka
memakai kerudung, aku senang sekali. Sebentar lagi bel masuk kelas berbunyi.
Benar saja, bel masuk berbunyi. Siswa dan siswi berhamburan masuk ke dalam
kelasnya masing-masing. Jam pertama kelas kami adalah pelajaran sejarah yang
gurunya adalah Ibu Nani wali kelas kami sendiri.
Kami segera
duduk rapi ketika Ibu Nani masuk ke kelas, tapi di belakang Ibu Nani ada
seorang siswa lelaki yang sepertinya aku kenal. Akupun berbisik kepada Ayla.
“Ay, itu kok
kaya Rizky yaa? Kok bisa mirip banget?” kata ku bingung.
“Aduuh Arini..
kamu kok masih muda sudah pelupa. Itukan memang benar Rizky. Jadi, dia sekolah
di sini juga, sekelas kita lagi. Senangnyaa..!!” Kata Ayla lebay.
“Hehehe,
iya-iya. Ceilehh kamu ini, cowok terus yang dipikirin, sekolah dulu. Sudah dulu
ah, tuh Bu Nani mau memperkenalkan Rizky” kataku menyuruh Ayla untuk diam.
“Anak-anak,
kalian mendapat teman baru. Ayo Nak, perkenalkan diri kamu” kata Bu Nani.
“Haii semuanya!
Perkenalkan nama saya Rizky Hidayat. Biasanya dipanggil Rizky, saya berasal
dari SMAN 1 SAMARINDA, saya pindah ke sini karena Ayah saya dipindah tugaskan di
sini. Mohon kerja samanya teman-teman. Terima kasih” Kata Rizky memperkenalkan
diri.
“Baik semuanya!,
sudah jelas bukan?. Baik Rizky, selamat bergabung di sekolah kami, silahkan
kamu duduk di kursi yang kosong itu.” Kata Bu Nani. “Baik Bu!”
Waktu istirahat, di kantin..
Aku dan Ayla sedang minum, sementara Fitri
tadi ke toilet. Sambil menunggu Fitri, aku dan Ayla mengobrol. “Arini, aku
boleh nggak curhat sama kamu?” kata Ayla, “Boleh kok. Kamu mau curhat apa?
Tanyaku, “Aku mau curhat tentang perasaanku sama Rizky, walaupun kita baru
kenal, entah kenapa aku rasanya langsung suka sama dia. Kamu bisa usahaiin aku
sama Rizky nggak?” tanya Ayla serius.
Aku terkejut
mendengar curhatan Ayla “Ayla, aku kasih tahu kamu ya! Dalam Islam, pacaran itu
tidak diperbolehkan, apalagi zaman sekarang anak-anak muda kalau pacaran suka
pegangan tangan, duduk berduaan. Kalau begitu yang ketiganya setan, dan juga
kan belum mahram. Kalau nggak pacaran kan kita masih bisa sahabatan,
persahabatan itu lebih bagus daripada pacaran.” Kataku memperingatkan Ayla.
“Tapi kan Rin,
aku tuh suka banget sama Rizky” kata Ayla memelas. “Tetap saja Ayla, pacaran
itu tidak boleh.!”kataku, “Sudah lah Rin. Kamu nggak bisa ngertiin aku! Kamu
selalu saja menghubungkan hal-hal seperti itu dengan agama, kita kan juga perlu
hidup bebas. Teman-teman juga banyak kok yang berpacaran, nggak ada yang
melarang!!” kata Ayla marah.
“ Astaghfirullah
Ayla. Kamu nggak boleh berkata seperti itu. Ayla, dengarkan penjelasan aku
dulu!” kataku mengejar Ayla yang langsung meninggalkan aku.
Ketika aku
berlari mengejar Ayla, kulihat Fitri berlindung di balik tiang. Berarti tanpa
Aku dan Ayla sadari, sedari tadi Fitri mendengarkan pembicaraan kami. Tapi,
mengapa Fitri juga langsung berlari dengan muka merah padam. Aku bertanya-tanya
dalam hati, “mengapa Fitri marah? Apa yang membuat dia marah hanya karena
mendengarkan pembicaran kami tadi. Pikiranku langsung tertuju pada satu hal.
Fitri juga menyukai Rizky!. Ya Allah,
mengapa kedua sahabatku menjadi begini?”
Keesokan harinya...
Aku menunggu
Ayla dan Fitri di depan kelas. Kulihat dari jauh tampak Ayla datang menuju ke
kelas. Aku bersyukur Ayla masih menggunakan kerudung. Waktu Ayla sudah di
hadapanku, akupun menyapa “Assalamualaikum Ayla”, “Waalaikum salam” kata Ayla
menjawab dengan nada datar. Tapi, aku tetap merasa senang karena Ayla tetap
menjawab salamku walaupun dengan nada
datar dan tetap memakai kerudung.
Waktu istirahat..
“Ayla, Fitri. Ayo ke
kantin.”kataku bersemangat, “Males.!” Kata Ayla ketus, “Eh Ayla, jawabnya nggak
usah ketus gitu dong! Arini kan tanya kamu baik-baik! Kalau nggak mau ikut
bilang aja nggak mau.! Kata Fitri membelaku, “Kamu nggak usah ikut campur deh.
Kamunya juga jangan marah duluan dong!” Ayla marah, “Sudah-sudah, kalian nggak
usah berantem. Kalau gitu aku sama Fitri aja kita duluan ya Ay,” kataku
menengahi.
Di kantin...
“Fitri, aku
boleh tanya sesuatu nggak? Ini tentang Rizky.” Tanyaku hati-hati, Fitri sedikit
tersentak tapi berusaha tenang, “tanya aja, selama aku masih bisa jawab, pasti
aku jawab”, “Tapi kamu jawab jujur yaa.
Maaf sebelumnya, kamu suka sama Rizky juga ya?”, “Ngg,,,, sebenarnya sih
ii..iya Rin, tapi serius aku nggak mau pacaran. Aku hanya sekedar menyukai dan
mengagumi dia. Aku sebenarnya kemarin itu sempat mendengarkan pembicaraan kamu
dan Ayla, aku saat ini lagi marah sama Ayla. Jangan bilang sama Ayla ya Rin.”
Fitri tergagap.
“Iya, aku
bakalan jaga curhatan kamu ini kok. Bagus kalau kamu nggak mau pacaran, karena
pacaran itu tidak diperbolehkan dala Islam. Sekarang ini, kita hanya perlu
menyadarkan Ayla.”, “Ayo Rin.”.
Sesampainya di kelas, kami terkejut dengan
penampilan Ayla. Perasaan tadi pagi Ayla masih memakai kerudung, baju lengan panjang,
tapi sekarang....
“Astaghfirullah
Ayla, kamu kenapa jadi begini? Kenapa kamu lepas kerudungnya, terus pakai baju
lengan pendek rok di atas lutut. Sadar Ayla, itu dosa. Sama saja dengan
memperlihatkan aurat kamu untuk ditonton semua orang.!” Kataku menangis, “Iya
Ayla, kamu sadar. Kitakan sama-sama pakai kerudung, suka duka kita selalu
bersama. Jangan sampai persahabatan kita yang sudah lama kita jalin hancur
hanya dengan hal yang sepele.” Aylapun ikut menangis.
“Apa kamu bilang
Fitri? Hal sepele?!. Arini tuh yang nggak bisa mengerti perasaanku, dia hanya
memikirkan soal agama, kita nggak boleh ini lah itu lah, semuanya ada batasan.
Lebih baik aku gini, aku nyaman kayak gini, kalau pakai kerudung panas, pengap.
Kamu tahu itukan?!!
Aku dan Fitri
hanya bisa menangis. Fitri masih mencoba untuk membelaku, sedangkan aku tidak
bisa berbuat apa-apa selain menangis. “Kamu jangan sembarang bicara tentang
Jilbab, pakai jilbab itu sudah kewajiban bagi setiap muslim wanita. Walau
awalnya panas, pengap nanti kita juga bakalan terbiasa, nggak sekaligus
langsung bisa, pasti butuh proses.”timpal Fitri.
Tapi Ayla tetap
tidak mau mendengarakan kami, malah dia langsung bergegas keluar dan berpapasan
dengan Rizky tanpa menghiraukannya, Rizky tampak bingung melihat kami
bertengkar. Diapun menghampiri Aku dan Fitri yang sedang sesegukan. “Kalian
kenapa? Terus tadi kenapa Ayla jadi begitu?”tanya Rizky, “Ceritanya panjang Ky,
nanti kita ceritakan. Sekarang, kami mau mengejar Ayla dulu ya!”jawab Fitri
bergegas menarik tanganku, “Aku ikut!” kata Rizky.
Kami bertiga pun mengejar Ayla yang
berlari ke jalan raya. Aku yang paling dekat untuk mengejarnya. Diapun dapat ku
hentikan berlari, sementara Fitri dan Rizky masih di belakang.
“Ayla, kamu
kenapa jadi begini? Iya, aku mengaku salah. Aku minta maaf. Kalau kamu mau
marah, silahkan, tapi bukan kayak gini caranya Ay!” kataku mulai sesegukan.
“Sudahlah Rin.
Kalian semua memang tidak bisa ngertiin aku! Percuma kalau kalian pakai jilbab
tapi hati kalian nggak kayak gitu.. aku sudah capek Rin, apa-apa urusannya kamu
hubungkan dengan agama, kamu memang nggak mengerti aku! Mulai sekarang kita
nggak usah sahabatan lagi!” kata Ayla tegas.
“Ayla, bukan
gitu maksud aku. Aku hanya ingin mengingatkan kamu, sebagai sahabat yang baik
harus selalu mengingatkan sahabatnya jika sahabatnya mulai berubah, untuk tetap
di jalan yang benar. Kamu hanya salah paham.” Kataku menangis.
Namun, Ayla tetap tidak mendengarkan aku,
dia malah berjalan meninggalkan aku. Ayla tidak memperhatikan jalan di sekitar,
kulihat dari arah berlawanan sebuah mobil sedan dengan kecepatan tinggi nampak
kehilangan kendali, dan pasti akan menabrak Ayla yang tidak memperhatikan
jalan.
“Aylaaa....!!!
awaaas!!” aku berteriak dan langsung menarik tubuhnya ke pinggir jalan,
sedangkan aku tergelincir dan tidak dapat menjaga keseimbangan tubuhku,
sehingga aku jatuh ke tengah jalan dan kurasakan mobil sedan itu menabrak
tubuhku, sampai aku terguling guling di jalan. Kurasakan ada yang mengalir di
kepalaku, namun aku masih sedikit sadar.
“Ariniiiiii....!!!”
ku lihat Fitri dan Rizky langsung menghampiriku, setelah itu aku tidak tahu
apa-apa lagi.
......
Ketika aku bangun, yang ku lihat hanyalah
dinding putih, bau obat-obatan, infus di tanganku, dan selan oksigen yang di
hidungku.
“Arini sudah
sadar Yah,”kata mamaku sendu. Semuanya langsung mengerubungi aku. Ada Mama,
Ayah, Fitri, Rizky, dan Aylaa..!!!
“Ay.. Ayla..,
ka..kamu nggak pa...pa kan? Kamu pakai kerudung?” Kataku tersendat, “Aku nggak
papa kok, kamu kenapa nyelamatin aku, sampai kamu kayak begini. Maafkan aku
Arini, aku janji akan terus menjaga aurat aku dengan memakai kerudung” kata Ayla
menangis. Aku hanya menganggukkan kepala,
“Mama, Ayah.
Arini minta maaf, selama ini hanya membuat Mama dan Ayah sedih. Arini belum
bisa membuat Mama dan Ayah bangga dan bahagia. Aku sayang Mama dan Ayah” kataku
menitikkan air mata sambil menggenggam tangan Mama dan Ayah.
“Kamu tidak
boleh berkata seperti itu, selama ini Mama dan Ayah selalu bangga dan bahagia
sama kamu, kamu sudah menjadi anak solehah, berbakti kepada orang tua, itu
sudah cukup bagi Mama dan Ayah” kata Mama juga menangis. “Iya Arini, kamu
jangan berkata seperti itu”timpal Ayah. Akupun mengangguk perlahan.
“Fitri, Rizky,
Ayla. Terima kasih ya kalian sudah mau menjadi sahabat terbaik aku,aku sangat
senang memiliki sahabat seperti kalian.”kataku tersenyum, “Kamu tidak boleh
berkata seperti itu, kamu pasti sembuh dan kita bisa bersahabat seperti biasa
lagi” kata Fitri, sementara Rizky hanya diam dan tersenyum, tampak ada yang
mengganjal di dalam hatinya.
Akupun mengucap
dua kalimat syahadat setelah itu akupun
memejamkan mata untuk selamanya.
“Ariniiiiiiii.....!!
jangan tinggalkan kami.... kami sangat menyayangi kamu...”
..........
Langit
mendung membawa awan gelap...
Di
sebuah tempat yang banyak terdapat gundukan tanah dan batu yang ditancapkan di
atasnya. Ada sebuah gundukan tanah baru yang masih dikerubungi orang-orang, di
batu nisannya terdapat keterangan, Nama:
Maulida Arini, Lahir: Barabai, 12 September 1999, Wafat: Barabai, 08 November
2017.
Ayla: Arini, aku janji sama
kamu, aku bakalan tetap menjaga dan menutup auratku, dan terus
memakai kerudung sampai akhir hayatku
seperti kamu.
Fitri: Arini, kamu memang
sahabat terbaik. Kamu suka menolong sesama, dan kamu tidak membeda-bedakan kami
semua. Semoga Allah SWT menerima semua kebaikanmu Rin. Aamiin.
Rizky:
Arini, aku mau terus terang sama kamu, aku menganggap kamu lebih dari
sahabatku, aku sangat menyayangi kamu, bukan seperti pacar, sudah seperti
adikku. Arini, tak ada yang bisa menggantikan kamu.
...................................................................................................